Beranda | Artikel
Tidak Ada yang Bisa Menjamin Dirinya Tidak Kekal Di Neraka
Kamis, 14 September 2017

TIDAK ADA YANG BISA MENJAMIN DIRINYA TIDAK KEKAL DI NERAKA

Pertanyaan.
Apakah seorang Muslim bisa menjamin bahwa dirinya pasti tidak kekal dalam neraka?

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
Siapapun tidak mungkin bisa menjamin bahwa dirinya pasti selamat dari neraka, karena sebagaimana sabda Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

قُلُوْبُ بَنِي آدَمَ كُلُّهَا  بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ

Hati-hati bani adam itu berada diantara dua jari dari jari jemari ar-Rahman seperti satu hati. Dia membolak-baliknya sekehendak-Nya[1]

Akan tetapi, hendaknya seorang Mukmin berharap mendapat rahmat dan selamat dari neraka, dengan perbuatan yang dia lakukan berupa ibadah yang dia tujukan hanya kepada Allȃh Subhanahu wa Ta’ala saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan dengan cara menjalankan perintah Allȃh Subhanahu wa Ta’ala , dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana firman Allȃh Subhanahu wa Ta’ala ,

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿١٣٥﴾ أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allȃh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allȃh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allȃh? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. [Ali Imran/3:133-136]

Maka jika seseorang sudah melaksanakan apa-apa yang Allȃh Azza wa Jalla wajibkan kepadanya, dan meninggalkan perkara yang Allȃh Azza wa Jalla haramkan dengan ikhlas karena Allȃh Azza wa Jalla, serta mengikuti Rasul-Nya maka sesungguhnya dia sedang berharap agar Allȃh Subhanahu wa Ta’ala  menyelamatkannya dari neraka dan memasukkannya ke surga. Dan hendaknya dia berprasangka baik kepada Allȃh Subhanahu wa Ta’ala dan tidak putus asa dari rahmat Allȃh Subhanahu wa Ta’ala . Namun, bersamaan dengan itu setiap insan hendaknya takut dan khawatir sekiranya amalannya tidak diterima karena bagaimanapun juga manusia tetaplah manusia yang kadang muncul di hatinya perasaan ujub (perasaan membanggakan diri sendiri) dengan amalan yang telah dilakukan, yang justru hal ini akan menghancurkan pahala amalnya dan bisa jadi, dengan itu hatinya terjangkiti penyakit riya’ dan bisa saja amalannya tercampur dengan bid’ah.

Jadi, jaminan selamat dari neraka tidak bisa diberikan kepada perorangan, akan tetapi kita katakan secara umum sebagaimana Allȃh Azza wa Jalla berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [An-Nahl/16:97][2]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] HR. Muslim; Kitab Qadar bab Tashrȋfullȃh al-Qulȗb kaifa Yasyȃ’, no. 2654
[2] Fatâwâ Nûr ‘alâ ad-Darb Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 12/23


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/7390-tidak-ada-yang-bisa-menjamin-dirinya-tidak-kekal-di-neraka.html